perpusbw2 |
Penulis baru saja mengikuti Webinar
‘Pustakawan masa lalu, kini dan yang akan datang pada hari Selasa’ (7/7/2020) pukul 09:00 s/d 12:00. Acara
tersebut sekaligus merayakan HUT Ikatan pustakawan Indonesia (IPI) ke-47.
Webinar tersebut dihadiri oleh
Kepala Perpustakaan Nasional, Drs. Muhammad Syarif Bando,MM. Dalam sambutannya
beliau membuka webinar dengan sambutan yang hangat dan sedikit tegas.
Penulis
berusaha memahami setiap kalimat yang beliau ucapkan, dimana beliau mengungkapkan
sedikit keluhannya tentang kurangnya peran pustakawan dalam memberi materi pelajaran
kepada pelajar, mahasiswa, guru, dosen dll. Nanti Penulis akan memaparkan dan
menganalisa kemarahan kepala perpusnas di artikel lain.
Jurusan Ilmu Perpustakaan
mungkin tidak diminati oleh lulusan sekolah/calon mahasiswa baru. Hal ini
dikarenakan citra perpustakaan yang kurang populer di mata masyarakat.
Bila kita kumpulkan opini
masyarakat tentang perpustakaan maka frasa yang paling sering muncul adalah ‘gudang
buku’. Tentu saja ada yang menganggap perpustakaan sebagai media pendistribusi
ilmu/informasi, tempat diskusi, atau pertemuan manusia dengan pikiran manusia.
Namun, sangat sedikit yang menganggap perpustakaan semulia itu.
Kenapa Perpustakaan menjadi
seperti itu?
Karena literasi masyarakat
kita rendah.
Kenapa literasi kita rendah?
Karena pemerintah tidak
mau/tidak sanggup memberdayakan masyarakat yang literat.
perpusbw2 |
Nah, kita kembali ke
pertanyaan judul, bagaimana masa depan lulusan ilmu perpustakaan?
Maka jawabannya tergantung
dengan solusi pertanyaan di atas. Bila kita selesaikan pangkal
masalahnya, maka jawabannya sebagai berikut:
“Jika pemerintah memberi penghargaan yang tinggi kepada masyarakat yang literat
atau jika negara peduli terhadap pengembangan literasi, maka apresiasi terhadap
perpustakaan akan semakin tinggi. Jika itu terjadi maka tenaga profesional yang
mengelola informasi dan perpustakaan (pustakawan) menjadi sangat dibutuhkan.”
Apakah kepedulian pemerintah
kurang terhadap pengembangan literasi? Ya. Sangat kurang. Walapun pemerintah
sudah mencetuskan gerakan literasi sekolah dengan gerakan membaca buku non-pelajaran
selama 15 menit, namun gerakan tersebut hanya sekedar seremoni dan kewajiban
tanpa tujuan. Dan penulis yakin tidak semua sekolah mau dan sanggup melaksanakannya
karena mereka tidak punya dana untuk membeli buku non-pelajaran.
Apalagi ketika pemimpin kita
mengatakan bahwa buku bacaan yang ia sukai adalah buku komik! ya komik,, buku yang
menurut penulis bisa menghambat kemampuan imajinatif orang dewasa. Komik adalah buku anak-anak man... Seorang pemimpin harusnya lebih sering mengatakan kalau ia suka buku-buku berkualitas ini, ini dan itu. Sehingga, rakyatnya mau mengikuti dan mencoba membaca buku yang sama. Sejak beliau mengatakan buku komik, penulis semakin pesimis dengan peningkatan daya literasi masyarakat kita.
Bagaimana kondisi lulusan ilmu
perpustakaan sekarang?
Untuk saat ini lulusan ilmu
perpustakaan sedang berjuang mempertahankan daya literasi masyarakat indonesia
yang sedang menurun, sekaligus berusaha sekuat tenaga meningkatkannya.
Bisakah masa depan ilmu perpustakaan
cerah?
perpusbw |
Bisa iya, Bisa Tidak!
Cerah bila lulusan ilmu
perustakaan tersebut memilki daya inovasi dan kreatifitas yang tinggi untuk
memanfaatkan sumber daya yang ia miliki. Dan akan semakin cerah bila ia mampu
meningkatkan daya literasi dirinya sendiri dan masyarakat luas.
Dan bisa jadi suram jika
pustakawan lulusan ilmu perpustakaan tersebut hanya menjalankan tugas
sebagaimana mestinya tanpa inovasi dan merasa sudah menjalankan kewajiban.
Ia tidak memikirkan bagaimana
meningkatkan daya literasi dirinya dan orang-orang disekitarnya. Biasanya
mereka adalah orang yang hanya suka bekerja dan kelihatan kerja. Pustakawan
yang berorientasi pada kerja, kerja dan kerja akan terpuruk dan dikalahkan oleh pustakawan yang berpikir,
berinovasi dan berkreatifitas tinggi.
0 Comments
Need To Know..............